Garut,PUBLIKASI – Secara geografis kota Garut berdekatan dengan Kota Bandung – ibukota provinsi Jawa Barat. Kota Garut atau yang dikenal dengan kota dodol. Garut merupakan daerah penyangga bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu, Garut mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Bandung sekaligus pula berperan di dalam mengendalikan keseimbangan lingkungan. Asal usul nama garut sendiri bermula dari pembubaran Kabupaten Limbangan pada tahun 1811 oleh Daendels, dengan alasan produksi kopi dari daerah Limbangan. Letnan Gubernur di Indonesia yang pada waktu itu dijabat oleh Raffles kemudian mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembentukan Kabupaten Limbangan yang beribu kota di Suci. Untuk sebuah Kota Kabupaten, keberadaan Suci dinilai tidak memenuhi persyaratan sebab daerah tersebut kawasannya cukup sempit.
Dilansir laman resmi Kabupaten Garut, pada saat itu akhirnya Bupati Limbangan Adipati Adiwijaya membentuk panitia untuk mencari tempat yang cocok bagi ibu kota kabupaten. Panitia pun mencari lokasi ke arah Barat Suci yang jaraknya sekitar 5 kilometer. Di sanalah mereka mendapatkan tempat yang cocok untuk dijadikan ibu kota kabupaten. Selain tanahnya subur, tempat tersebut memiliki mata air yang mengalir ke Sungai Cimanuk serta pemandangannya indah dikelilingi gunung, seperti Gunung Cikuray, Gunung Papandayan, Gunung Guntur, Gunung Galunggung, Gunung Talaga Bodas dan Gunung Karacak. Saat ditemukan mata air berupa telaga kecil yang tertutup semak belukar berduri (Marantha), seorang panitia tergores tangannya sampai berdarah atau dalam bahasa sunda dinamakan “kakarut”. Dalam rombongan panitia, turut pula seorang Eropa yang melihat panitia tersebut berdarah kemudian langsung bertanya: “Mengapa berdarah?”.
Orang yang tergores menjawab, tangannya kakarut. Namun, orang Eropa atau Belanda tersebut menirukan kata kakarut dengan lidah yang tidak fasih sehingga sebutannya menjadi “gagarut”. Sejak saat itu, para pekerja dalam rombongan panitia menamai tanaman berduri dengan sebutan “Ki Garut” dan telaganya dinamai “Ci Garut”. Dengan ditemukannya Ci Garut, maka pada akhirnya daerah sekitar itu dikenal dengan nama Garut. Cetusan nama Garut tersebut direstui oleh Bupati Kabupaten Limbangan Adipati Adiwijaya untuk dijadikan Ibu Kota Kabupaten Limbangan. Pada tanggal 15 September 1813 dilakukan peletakkan batu pertama pembangunan sarana dan prasarana ibukota, seperti tempat tinggal, pendopo, kantor asisten residen, mesjid, dan alun-alun.
Pada tanggal 14 Agustus 1925, berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal, Kabupaten Garut disahkan menjadi daerah pemerintahan yang berdiri sendiri (otonom). Wewenang yang bersifat otonom berhak dijalankan Kabupaten Garut dalam beberapa hal, yakni berhubungan dengan masalah pemeliharaan jalan-jalan, jembatan-jembatan, kebersihan, dan poliklinik. Selama periode 1930-1942, Bupati yang menjabat di Kabupaten Garut adalah Adipati Moh. Musa Suria Kartalegawa. Ia kemudian diangkat menjadi Bupati Kabupaten Garut pada tahun 1929 menggantikan ayahnya Adipati Suria Karta Legawa (1915-1929).*Red