Dede Farhan Aulawi, Pengelola Wisata Selalu Waspada Terkait Iklim Global La Nina

Bandung, PUBLIKASI – “Merujuk pada keterangan yang disampaikan BMKG yang menyatakan bahwa musim penghujan diperkirakan sampai bulan Mei, maka Prawita GENPPARI menyampaikan pesan kepada seluruh pengelola objek wisata agar senantiasa berhati – hati terhadap kemungkinan bencana hidrometeorologi yang mungkin terjadi di objek wisata yang dikelolanya. Pesan ini juga tentu disampaikan kepada seluruh pecinta pariwisata agar selalu berhati – hati saat mengunjungi objek – objek wisata. Apalagi musim hujan tahun 2020/2021 ini diwarnai latar belakang fenomena iklim global La Nina, yang terjadi sejak awal Oktober 2020 dan diprediksi akan berlangsung hingga Mei 2021 dengan intensitas La Nina Moderat menjadi La Nina Lemah pada Maret 2021,” kata Ketua Umum DPP Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi di Bandung, Selasa (23/2).

Selanjutnya Dede juga menambahkan bahwa saat ini analisis anomali suhu muka laut Samudera Pasifik bagian tengah menunjukan kondisi lebih dingin. Musim hujan lebih basah berdasarkan analisis dinamika atmosfer dan prakiraan curah hujan bulanan, diperkirakan kondisi musim hujan hingga Maret 2021 akan bersifat normal hingga di atas normal atau cenderung lebih basah, bila dibandingkan dengan musim hujan tahun 2020. Secara umum, curah hujan pada Januari–Maret 2021 diprakirakan berkisar antara 200 – 500mm/bulan. Jumlah itu cenderung lebih tinggi dibandingkan tahun 2020. Peningkatan curah hujan berpotensi meningkatkan peluang banjir di Indonesia pada Januari-Maret 2021. Masyarakat yang tinggal di daerah yang berpotensi mendapatkan curah hujan tinggi hingga sangat tinggi diimbau selalu waspada terhadap ancaman bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor. Oleh karena itu, sebaiknya masyarakat selalu memantau informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini dari BMKG. Imbuhnya.

Iklim global La Nina diperkirakan berpengaruh dalam meningkatkan curah hujan hingga 40 persen saat musim hujan 2020-2021 di Indonesia dan berpeluang menyebakan musim kemarau basah. Diperkirakan bulan Mei mendatang merupakan masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau, sehingga mulai bulan Juni diprediksikan sudah mulai masuk musim kemarau. Bulan Oktober memasuki transisi musim kemarau ke musim hujan dan diperkirakan November kembali memasuki musim hujan.

“ Dengan demikian maka potensi curah hujan kategori menengah dan tinggi pada Maret dan April perlu dimanfaatkan untuk mengisi waduk, bendungan, dan embung sebagai cadangan air untuk mengantisipasi musim kemarau. Termasuk di rumah – rumah juga perlu diantisipasi dengan pembuatan sumur resapan ataupun biopori guna menjaga kandungan air di dalam tanah agar tetap mencukupi. Termasuk penghijauan di halaman dan taman guna mengurangi laju penguapan air di saat musim kemarau. Hal ini juga mengingatkan seluruh pengelola objek wisata agar senantiasa waspada terhadap kemungkinan timbulnya bencana hidrometeorologi tersebut di kawasan wisata yang dikelolanya “, pungkas Dede mengakhiri keterangan. **

Leave a Comment!