Jakarta, PUBLIKASI – Kasus flu burung pada manusia di China terus naik sepanjang tahun ini. Para ahli pun mulai khawatir kenaikan penularan ini dipicu kemunculan varian baru virus flu burung.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa sepanjang tahun ini, China sudah mencatat 21 infeksi virus H5N6 tersebut, lebih tinggi ketimbang tahun lalu yang hanya mencapai 5 kasus.
Infeksi tahun ini memang lebih rendah ketimbang pada 2017, ketika China mencatat ratusan orang terinfeksi flu burung varian H7N9.
Namun, para ahli menganggap kasus tahun ini serius karena orang yang terinfeksi mengalami penyakit kritis. Enam warga bahkan dilaporkan meninggal dunia akibat terinfeksi flu burung tahun ini.
“Peningkatan kasus pada manusia di China tahun ini mengkhawatirkan. Virus ini menyebabkan tingkat kematian tinggi,” ujar seorang profesor patologi komparatif di Pusat Medis Universitas Erasmus, Thijs Kuiken, kepada Reuters, Selasa (26/10).
Kuiken kemudian membahas bahwa virus flu burung biasanya menular di antara unggas liar dan jarang menginfeksi manusia.
“Bisa jadi varian ini sedikit lebih menular (ke manusia) atau memang virus (yang lebih menular itu) memang sudah ada di peternakan sehingga banyak orang terinfeksi,” tutur Kuiken.
Saat ini, China memang sudah melakukan vaksinasi di peternakan. Namun, vaksin yang digunakan tahun lalu dikhawatirkan tak sepenuhnya melindungi unggas dari flu burung.
Koordinator Laboratorium Regional di Pusat Darurat untuk Penyakit Hewan Lintas Batas untuk Organisasi Pangan dan Agrikultur (FAO), Fliip Claes, khawatir vaksin tersebut hanya dapat mencegah penularan besar-besaran, tapi virus tetap beredar. *Arya