“Kontribusi Astra mendorong pertumbuhan dan menjadikan UMKM naik kelas, mandiri dan berkelanjutan, menyebar hingga ke “Benua Etam”. Melalui LPB Pabanet, Astra berhasil mendorong Widodo, pemilik UMKM Mulya Inti yang berlokasi di Sangatta ini menjadi peternak sukses dan besar.”
______
Jakarta, PUBLIKASI – “ …Terima kasih banyak, berkenan mengangkat kisah UMKM di Sangatta yang nun jauh di mata …”
Kalimat tersebut terlontar dari Hendra, Koordinator Lembaga Pengembangan Bisnis Pama Banua Etam (LPB Pabanet), Kutai Timur ketika dikonfirmasi kesediaannya untuk diwawancarai seputar kiat lembaganya membina “CV Mulya Inti Sukses”, sehingga menjadi peternakan yang sukses dan besar.
Lokasi usaha CV Mulya yang jauh dari hiruk pikuk Daerah Khusus Jakarta, juga diamini Widodo, pemilik usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang bergerak di bidang peternakan ini. Setelah menempuh perjalan udara ke Kalimantan Timur (Kaltim), perlu empat hingga lima jam perjalan darat lagi dari Bandar Udara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto—atau Bandar Udara Samarinda—menuju lokasi peternakan.
Lebih jauh lagi sebelum Bandara Samarinda beroperasi, yakni dari Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan. Dari bandara ini bisa menghabiskan delapan sampai sembilan jam perjalanan darat menuju tempat Mulia Inti Sukses, di Jalan Kemakmuran (Poros Bontang-Sangatta KM.3), Desa Sangatta Selatan, Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Kaltim.
Meski jauh dari sisi jarak, keberadaan Mulya Inti Sukses berikut nama pemiliknya, Widodo, sudah harum dan melekat di penjuru seantero Kutim dan Kaltim. Termasuk provinsi-provinsi tetangganya hingga daerah-daerah yang berbatasan dengan negara tetangga, Malaysia.
Sebabnya banyak. Sejak menjadi binaan LPB Pabanet pada 2015 lalu, Mulia Inti Sukses telah banyak meraih prestasi dan penghargaan. Dengan komitmen dan konsistensi mengikuti program LPB Pabanet dan mengimplementasikan dalam bisnisnya, dampaknya terlihat nyata.
Mulai dari jumlah ternak yang awalnya hanya lima ekor, kini telah berkembang menjadi 350 hingga 400 ekor kambing dan domba. Setiap bulan sekitar 50-100 ekor kambing dan domba bisa dijual. Peternakan juga menghasilkan susu serta mengolah kotoran dan urine kambing menjadi pupuk.
Selain menjual ternak, susu, dan pupuk, CV Mulia juga melakukan persilangan antara kambing yang memproduksi susu dengan pedaging. Hasilnya, bisa mendapat daging dan juga susu sekaligus. Jalannya semakin terang karena Mulia Inti Sukses juga memiliki seluruh varian jenis kambing dan domba.
Begitu pun dari sisi omzet, terus meningkat yang hingga kini sudah menyentuh angka Rp150 hingga 300 juta per bulannya.
Belum lagi investasi tanah seluas 10 hektar yang dipersiapkan untuk pengembangan bisnis terintegrasi sektor peternakan dengan pertanian, perkebunan, perikanan, home industri, seni, kuliner hingga sarana edukasi dan sharing ilmu.
Orientasi pengembangan bisnis terintegrasi ini disebutnya “integrated farming–mengutamakan peternakan. Integrasi peternakan ini nantinya merupakan sistem pengelolaan atau usaha yang menyinkronkan kegiatan sektor peternakan dengan bidang lain yang masing-masing sektor saling menunjang untuk meningkatkan produksi setiap sektor tersebut.
Tak sampai disitu, tempat usahanya juga dinobatkan sebagai UMKM Mandiri Terbaik Sektor Pertanian periode 2022-2023 Tingkat Nasional YDBA; Juara 3 Terbaik Extraprenuer pada ajang HUT ke 30 PAMA Tahun 2023; serta dinobatkan sebagai Pembina Teknis di Komunitas Peternak Mandiri Sangatta tahun 2021.
Peternakan pria kelahiran Blitar, Jawa Timur ini juga sangat dikenal sebagai wadah Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kutai Timur; serta memiliki produk inovasi berupa pakan fermentasi hewan ternak.
Selain itu, banyak penghargaan yang disematkan kepada Widodo. Antara lain sebagai Ketua Komunitas Peternak Mandiri Sangatta (Pioneer); Ketua Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia(HPDKI) Kalimantan Timur; serta instruktur Lokal LPB Pabanet (Manajemen Bisnis Ternak Kambing).
Bahkan, Bapak dari dua orang putri ini juga sangat berkompeten menjadi tenaga pengajar di Program Pembinaan LPB. Kerap diundang untuk menjadi Instruktur di berbagai kegiatan pelatihan bisnis peternakan yang diselenggarakan Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Timur, maupun oleh Kecamatan Sangatta Selatan, Kecamatan Rantau Pulung, Bumdes Kaubun, Koperasi Berkah Salamah Samarinda.
Ia juga dikenal mampu mencetak peternak milenial melalui putrinya; keikhlasan dalam proses sharing knowledge kepada pembeli, peternak pemula secara online maupun offline; dan mampu membangun jaringan dengan instansi terkait tingkat kabupaten dan provinsi.
Semua capaian itu, didapat Widodo berkat konsistensi dan berkelanjutan mengikuti dan menerapkan semua program LPB Pabanet, yakni 4P (Pelatihan, Pendampingan, Fasilitasi Pemasaran, dan Fasilitasi Pembiayaan). Termasuk menerapkan budaya kerja 5R, akronim Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin.
“Saat ini Pak Widodo sudah dapat dikategorikan sebagai salah satu peternak sukses dan besar, khususnya di Kutai Timur maupun provinsi Kaltim dan sekitarnya,” kata Hendra kepada Abdullah Karim Siregar dari koranpublikasi.com, Kamis (26/9/2024).
DARI BLITAR KE SANGATTA
Sebelum mencapai hasil sekarang ini, perjalan panjang membangun usaha peternakan sudah dilewati Widodo, dari Blitar kota kelahirannya hingga ke Sangatta, Kutai Timur, Kaltim.
Tiba di Kaltim pada 1993, Widodo awalnya bekerja sebagai operator chainsaw di daerah Rantau Pulung, Sangatta. Dua tahun kemudian pindah dan bekerja di PT Elnusa Bontang dari 1995 hingga 1998. Tiga tahun di perusahaan Group PT Pertamina itu, ia meneruskan karirnya di Bank Mandiri Sangatta selama 10 tahun, 2003-2013.
“Dari pekerjaan yang saya inginkan waktu masih di Jawa itu, memang sudah nyaman tetapi belum aman. Nyaman karena dapat gaji dan fasilitas, tapi saat kontrak mau habis, cerita bos mau dipindah menjelang pensiun dan nyari pekerjaan lagi, rasanya khawatir juga. Bos saja nyari pekerjaan, bagaimana saya yang anak buah, mau jadi apa saya kalau sudah tua,” tutur Widodo kepada Abdullah Karim Siregar dari koranpublikasi.com, Rabu (25/9/2024).
Karena kekhawatiran itu, Widodo mulai berpikir dan mencari usaha apa yang “nyaman dan aman” untuk dijalaninya. Dengan segala pertimbangan, akhirnya cenderung dan diputuskan untuk terjun ke sektor peternakan. Dua tahun sebelum mengakhiri karirnya di Bank Mandiri, Widodo mulai membangun budidaya ternak kambing pada 2011.
Semua kegiatan sampingannya ini, dipelajarinya secara otodidak hingga ternak kambingnya menjadi 5 ekor di 2012. Pada akhirnya Widodo mengakhiri karirnya sebagai pegawai bank pada tahun 2013, dan fokus menjadi seorang peternak karena melihat peluang pasar yang sangat besar.
“Setelah dijalani, ternyata butuh dua sampai tiga tahun untuk melewati segala rintangan dan kesulitan merintis usaha peternakan,” kenangnya.
Meski terseok-seok, tetap saja dijalani karena sudah komitmen dengan pilihan untuk terjun di usaha peternakan. Jalan terang terbuka ketika di tahun 2015, Widodo “bertemu” dengan LPB Pabanet. Lembaga ini dinaungi PT Pama Persada Nusantara District KPC Sangatta (KPCS), Kutai Timur dan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA).
Pendirian LPB Pabanet sendiri sebagai bentuk nyata tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility) PT Pama Persada Nusantara—disingkat PAMA—terhadap pemberdayaan masyarakat (Community Development) sekitar operasional tambang.
Widodo mengaku, sangat banyak terbantu dengan program 4P (Pelatihan, Pendampingan, Fasilitasi Pemasaran, dan Fasilitasi Pembiayaan) yang diberikan LBP PABANET, sejak awal dipertemukan hingga saat ini.
“Alhamdulillah dengan ilmu dan pelatihan yang kita aplikasikan di usaha kita, menjadi pembeda kita dengan UMKM lain. Sebab banyak juga UMKM yang dibina ternyata tidak bertahan karena merasa apa yang didapat tidak sesuai keinginannya. Sementara saya, karena merasa ilmu dan pelatihan yang diberikan sangat bermanfaat, saya tetap bertahan hingga hasilnya seperti sekarang ini,” tutur Widodo.
Dalam perjalanan usaha selaku mitra binaan LPB Pabanet, Widodo telah memberikan kontribusi yang positif terhadap pelaku-pelaku usaha sejenis dan aktif dalam mengikuti program pembinaan berkelanjutan yang diberikan oleh PAMA melalui LPB Pabanet.
Salah satu nilai lebih CV Mulia dalam usaha ternak kambing adalah tersedianya segala jenis kambing. Antara lain kambing Kacang, PE, Saanen, Bligon, Boer hingga Sapera.
Peternakannya juga tidak hanya sebagai penggemukan, tetapi juga melakukan pola breeding system crossing yang tujuannya mencari bibit-bibit unggul anakan kambing yang kedepannya diharapkan menjadi ikon peternak di Kutai Timur khususnya.
Selain berfokus pada penjualan hewan ternak, Mulia Inti Sukses juga mengembangkan ternak untuk susu perah. Hebatnya lagi, dalam penjualan hewan ternak, Widodo menyediakan jasa sembelih tanpa dikenakan biaya tambahan.
KONSISTEN MENJALANKAN PROGRAM 4P
PAMA melalui LPB Pabanet terus membantu mendorong dan mengawal seluruh UMKM binaanya melalui program 4P (Pelatihan, Pendampingan, Fasilitasi Pemasaran, dan Fasilitasi Pembiayaan). Program ini terkait Soft Skill, Pembukuan Sederhana, Budaya Kerja 5R hingga Pelatihan Basic Mentality.
Pelatihan terbagi dua, yakni manajemen dan teknis; pendampingan merupakan tindak lanjut program intensif dari pelatihan yang diterima oleh UMKM sebelumnya. Fasilitasi pemasaran adalah memberikan akses pasar dengan mempertemukan calon buyer kepada UMKM sesuai dengan bidang usaha masing-masing.
Sementara fasilitasi pembiayaan sebagai upaya membantu menjembatani UMKM untuk bertemu dengan lembaga pembiayaan maupun perbankan.
Pelatihan manajemen diantaranya terkait cara dan menerapkan “pembukuan sederhana”. Widodo mencontohkan, pembukuan yang dilakukan sebelum bergabung dengan LPB Pama hitungannya tidak akurat. Misalnya, ketika membeli kambing 50 ekor dengan harga Rp2 juta, dan kemudian dijual Rp2.500.000, maka untungnya Rp500.000 per ekor.
“Saat itu, kita tidak menghitung atau mencatat hpp (harga pokok pembelian) pakan, biaya obat-obatan, jumlah yang mati hingga biaya tak terduga. Setelah kita tahu pembukuan dari LPB PAMA, ternyata untungnya ndak sebanyak itu, untung sangat tipis,” jelas Widodo.
Begitu pun terkait pelatihan teknis. Biasanya kandang ternak terlihat kotor, bau, berantakan dan kumuh. Namun setelah menerapkan “Budaya Kerja 5R”, yakni Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin, semuanya menjadi berubah. Kandang menjadi bersih, dan rapi.
Semua peralatan atau perlengkapan peternakan ditempatkan pada tempatnya masing-masing dan posisi yang tersusun rapi sehingga mudah ditemukan. Dengan kata lain menerapkan pola 5R akan mempermudah jalannya usaha.
PENGELOLAAN PAKAN FERMENTASI
Bentuk pembinaan teknis lainnya yang di diberikan dan didorong LPB Pabanet terus membantu adalah menerapkan pengelolaan pakan fermentasi. Pola ini untuk menghilangkan kendala perawatan ternak, utamanya tenaga kerja.
Tanpa pola pakan fermentasi, peternakan harus mengarit rumput setiap hari, memerlukan biaya pakan tambahan yang mahal, tenaga kerja yang banyak (sesuai jumlah ternak), dan kerap terkendala cuaca.
Sebaliknya, dengan menerapkan pola pakan fermentasi, peternak akan mendapat keuntungan lebih besar karena dapat menekan berbagai aspek. Mulai dari waktu, biaya pakan, biaya tenaga kerja (anak kandang) dan tidak terkendala kondisi cuaca.
Dari sisi waktu, satu atau dua hari mengolah pakan fermentasi, cukup untuk 350 sampai 400 ekor kambing/domba selama satu sampai dua bulan. Ini sekaligus dapat menghemat tenaga kerja karena hanya dibutuhkan satu orang (anak kandang) untuk menyediakan pakan ternak. Begitupun dari sisi kondisi cuaca. Sekalipun hujan, ternak tetapi mendapatkan suplai makan yang cukup dan berkualitas.
Di sisi lain, pola penggunaan pakan fermentasi dapat memberikan manfaat kepada sejumlah petani lain. Sebab, bahan baku pakan fermentasi berasal dari limbah pertanian milik petani setempat, seperti dari kebun jagung, singkong, ampas buah sawit (bahan sulid), dan tambahan bahan lainnya.
Karyawan tidak perlu lagi ngarit (mencari rumput) setiap hari karena bahan baku pakan fermentasi berasal dari sinergi dengan perkebunan jagung, singkong, dan kelapa sawit.
Ketika butuh bahan baku, tinggal menghubungi petani. Setelah mereka siapkan, anak kandang Mulya Inti Sukses tinggal mengambil dan membawanya ke lokasi kandang untuk diolah dengan alat modern.
Inovasi pakan fermentasi tersebut, kata Wisodo, tetap mempertahankan kualitas pakan ternak sembari menghemat biaya agar bisa bersaing dengan harga ternak lain di pasar.
“Beternak bukan sekedar mengurus hewan ternak, tetapi seorang peternak juga harus berani menerima ilmu baru serta mau berinovasi, ini yang disebut Pelatihan Basic Mentality. Semua program 4P yang saya dapatkan melalui program yang diberikan PAMA, sudah saya alami dan praktekkan. Hasilnya, seperti yang saya dapat hari ini,” pesannya.
MERINTIS DARI NOL
Capaian dan prestasi itu, kata Widodo, membuktikan bahwa LPB Pabanet, PAMA, dan YDBA terbukti berhasil melakukan pembinaan kepada pelaku UMKM yang tepat. Artinya, pembinaan akan berhasil, sekalipun dirinya merintis usaha dari nol, ketika pelaku UMKM betul-betul konsisten dan berkelanjutan mengimplementasikan program 4P yang diberikan LPB Pabanet.
Dengan apa yang dicapai CV Mulya sekarang ini, Widodo menyampaikan rasa terima kasihnya kepada LPB Pabanet, PAMA dan YDBA karena menurutnya, sangat jarang perusahaan memiliki pola pembinaan seperti yang dilakukan LPB Pabanet.
Ia menyebut, banyak perusahaan yang mengambil jalan pintas atau instan saja. Saat orang lapar, perusahaan membuatkan dan memberikan makan jadi, difoto dan di publish bahwa UMKM ini sudah dibina. Ketika suatu waktu ditinggal perusahaan, pelaku UMKM tadi tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa mencari makan sendiri, tidak bisa memancing, dan tidak bisa memasak sendiri untuk dirinya.
“Kalau LPB Pama kan ndak, kita dikasih kail, disuruh mancing sendiri terus bumbunya diberitahu apa saja, dan kita juga harus masak sendiri,” tutur Widodo berumpama.
Dengan kata lain, pembinaan yang dilakukan LPB Pabanet benar-benar mengajari, diarahkan, dilatih dan didampingi hingga bisa mandiri, dan para pelaku dituntut agar melaksanakan semua ilmu dan latihan yang didapat. Ketika melaksanakan semua program 4P yang diberikan LPB Pabanet dijamin akan berhasil. Sekalipun pun suatu waktu ditinggal perusahaan, pelaku UMKM akan tetap eksis dan bisa berdiri di kaki sendiri.
“Kalau tidak diikuti atau hanya diikuti setengah-setengah, ya ndak berhasil juga. Alhamdulillah dari proses berjalan usaha sejak berkenalan dengan LPB Pabanet hingga 2024 ini, saya sudah menemukan apa yang saya cari, yaitu aman dan nyaman,” tegas Widodo.
“Aman” dari sisi hasil usaha karena sudah memiliki tabungan investasi tanah sekitar 10 hektar. Tanah ini nantinya untuk dua putrinya sebagai tempat melanjutkan dan mengembangkan usaha yang sama atau sektor properti.
Apalagi saat ini perkembangan daerah Sangatta, Kutai Timur, semakin menggeliat. Sangatta kini sudah berada di dalam kota, dan Kalimantan Timur umumnya sudah sangat berkembang seiring pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Sedangkan dari sisi “nyaman”, semua kebutuhan pangan keluarganya sudah terpenuhi dari peternakan. Ingin ikan ada kolam, mau ayam atau kambing tinggal motong. Mau susu, tersedia di lokasi.
MENCETAK GENERASI PETERNAK MILENIAL YANG MODERN
Meski sudah menemukan “aman dan nyaman”, tidak membuat Widodo untuk terus berinovasi agar tumbuh berkelanjutan dan berkembang lebih besar. Bukan untuk dirinya semata, tetapi dipersiapkan bagi dua putri dan cucu-cucunya kelak.
Inovasi lain yang dilakukan Widodo adalah mencetak generasi penerus “Peternak Milenial” yang modern. Upaya ini telah dilaksanakannya dengan menularkan ilmunya kepada dua putrinya. Dean Rama Danti Widodo Putri dan Defasya Qolbifahyasin Widodo Putri.
Putri pertamanya, Dean, sudah aktif membantunya di peternakan. Lulusan S1 Manajemen Bisnis, Universitas Padjadjaran (UNPAD) ini diberikan tugas berkaitan dengan segala urusan manajemen peternakan CV Mulya.
“Dua anak saya adalah perempuan semua. Saya tanamkan di pola pikir mereka bahwa mereka tidak perlu turun ke lapangan, tapi cukup sebagai ‘programmer’ saja. Ada ide inovasi atau program tinggal disampaikan kepada karyawan. Alhamdulillah, anak pertama saya sudah mengikuti jejak saya. Yang kedua masih duduk di bangku kuliah di peternakan, juga di UNPAD,” ungkap Widodo.
Guna menguatkan karakter “Peternak Milenial” dalam diri Dean, Widodo mendirikan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kutai Timur. P4S yang memanfaatkan lokasi peternakan ini sebagai wadah bagi Dean Rama untuk berinteraksi dan berbagi keilmuan dengan masyarakat, yang difasilitasi instansi pemerintah.
Dean bahkan sempat lolos kandidat “Peternak Milenial sebagai Brand Ambassador Kalimantan Timur yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) pada 2022 lalu.
“Dua Putri saya bernama Dean dan Deva, saya dorong dan diarahkan agar mereka menjadi generasi penerus dalam menjalankan bisnis peternakan Mulya Inti Sukses,” lanjutnya.
Untungnya, pemeliharaan kambing tidak memerlukan banyak tenaga kerja. Terpenting adalah manajemen. Target ini juga semakin terbuka lebar karena Dean dengan senang dan segala komutmenya sudah memutuskan untuk menjadi Peternak Milenial yang modern.
“Saya sekeluarga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada PAMA yang telah membimbing, mengayomi serta selalu setia mensuport usaha kami sampai titik ini,” paparnya.
SEDERET PRESTASI
Berkat keberhasilannya itu, Widodo dan peternakannya telah mendapatkan banyak kepercayaan. Diantaranya menjadi Ketua Komunitas Peternak Mandiri Sangatta (Pioneer).
Awalnya kata Widodo, dirinya berangkat dari peternak kambing dan domba. Namun seiring waktu berjalan, banyak peternak lain, seperti sapi, kelinci, ayam, ikan dan lain-lain yang ingin menggali ilmu (knowledge) bidang pengelolaan peternakan. Akhirnya dibentuklah Komunitas Peternak Mandiri Sangatta, dan Widodo ditunjuk sebagai ketuanya.
“Komunitas ini fungsinya sebagai sarana sharing keilmuan antar sesama komunitas, saya tugasnya membagikan ilmu yang saya dapat dari LPB Pabanet dan berdasarkan pengalaman di lapangan,” ujarnya.
Menurutnya, ada perbedaan antara binaan LPB Pabanet dengan jebolan kampus. Binaan LBP, mengerti karena belajar dan mempraktekan langsung setiap hari. Sementara kampus rata-rata tidak berpraktek, apalagi setiap hari.
Anggota komunitas ini bebas siapa saja yang ingin bergabung. Boleh peternak besar, sedang atau kecil. Bahkan yang belum menjadi peternak pun dipersilakan bergabung. Misalnya, seorang yang bergerak di sektor bengkel. Karena pintar mengotak-ngatik mesin/alat, ia akhirnua⁷ memiliki alat pengolahan pakan berupa pelet, pakan ayam, pakan ikan, dan pakan kambing.
Orang yang khusus untuk mengolah kompos juga ada. Jadi hulu-hilirnya dikelola. Filosofinya, kita beternak itu sebagai pabrik pupuk, tujuannya bikin pupuk, tidak semata mata menunggu anakkan kambing atau sapi. Kambing, domba dan sapi itu untuk tabungan, tapi kompos, urine, susu untuk biaya keseharian.
Petani juga bisa ikut bergabung di komunitas ini. Mereka menyerap produk turunan yang diolah tadi.
“Kita dikatakan pionir karena kita bisa merangkul semua kalangan dengan produk hulu dan hilir yang dihasilkan CV Mulia Inti Sukses,” jelas Widodo.
Berikutnya menjadi Ketua Himpunan Peternak Domba Kambing (HPDK) Kalimantan Timur. Di jabatan ini, Widodo membawahi tujuh kabupaten/kota yang ada di Kaltim yang masing-masing mempunyai Ketua DPC. Tugasnya juga menyampaikan dan membagikan ilmu beternak kepada peternak lain. Termasuk merubah mindset peternak yang sudah lama menggeluti bidangnya, tetapi tidak naik kelas.
Pasalnya, banyak yang sudah menjadi peternak selama 10 hingga 20 tahun, tetapi jumlah ternaknya tidak pernah beranjak dari jumlah awal. Salah satu penyebabnya, tidak mau belajar dan mengupgrade keilmuan beternak, tidak mau berinovasi dan selalu merasa nyaman berada di zonanya.
“Jadi tugas kita, menggandeng mereka dan mengajak mereka berubah untuk maju,” terangnya.
Ia juga menjadi Instruktur Lokal LPB Pabanet (Manajemen Bisnis Ternak Kambing). Selain sangat layak menjadi tenaga pengajar di Program pembinaan LPB Pabanet, Widodo juga kerap diundang untuk memberikan pelatihan dan pendampingan kepada UMKM lain.
Bahkan ayah dari dua orang putri ini sering diundang untuk menjadi instruktur di berbagai kegiatan pelatihan bisnis peternakan yang diadakan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Timur. Termasuk di Kecamatan Sangatta Selatan, Kecamatan Rantau Pulung, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kecamatan Kaubun hingga Koperasi Berkah Salamah Samarinda.
Menjadi instruktur lokal LPB Pabanet kata dia bisa dicapai setelah melewati berbagai jenjang dan tahapan. Mulai dari peternak pemula madya, naik jadi peternak mandiri, kemudian menjadi pembicara lokal.
Instruktur lokal sangat dibutuhkan lantaran instruktur dari luar pada umumnya saat menyampaikan satu bahasan, tidak sama dengan kondisi dan keadaan di Sangatta. Karena itu, LPB Pabanet meminta dirinya agar menjadi instruktur lokal.
“Kalau di Jawa, makanan tambahan ternak itu kan beli pakan hasil dari pabrik, di sini kan nggak ada. Makanya kita berinovasi memanfaatkan sumber daya lokal untuk memenuhi nutrisi ternak itu. Ini juga ilmu yang kita dapatkan dari LPB Pabanet, yang selanjutnya akan kita bagi ke masyarakat luas,” papar Widodo.
LPB PAMA BANUA ETAM
Koordinator LPB Pama Banua Etam, Hendra, membenarkan bahwa UMKM CV. Mulya Inti Sukses, sudah menjadi binaan LPB Pama Banua Etam sejak September 2015. Awalnya, LPB tengah melakukan mapping UMKM yang berada di wilayah Sangatta.
Saat itu, Mulia Inti Sukses yang baru berdiri, menyatakan tertarik dengan program yang ditawarkan LPB Pabanet, yaitu program 4P (Pelatihan, Pendampingan, Fasilitasi Pemasaran, dan Fasilitasi Pembiayaan).
“Dikarenakan Mulia Inti Sukses baru berjalan tiga tahun, ilmu budidaya peternakannya belum mumpuni, sehingga menyambut program yang kami tawarkan untuk membantu mengembangkan usahanya. Hingga tahun 2024 ini, Mulia Inti Sukses sudah menjadi UMKM Mandiri di YDBA, dan memenangkan lomba QCC,” kata Hendra kepada Abdullah Karim Siregar dari koranpublikasi.com, Kamis (26/9/2024).
Terhadap Mulya Inti Sukses, LPB Pabanet telah memberikan banyak kegiatan. Mulai dari pelatihan teknis maupun manajemen dalam menjalankan usaha peternakan. Pelatihan yang berkesan antara lain terkait materi Basic Mentality yang membuka pola pikir Widodo, bahwa dalam merintis usaha bukan hanya faktor uang sebagai modal utama, tetapi jaringan juga tak kalah penting.
Ada juga kegiatan pelatihan pengolahan pakan fermentasi yang berefek hingga sekarang. Widodo, kata dia, tidak takut lagi kekurangan pakan karena dengan fermentasi pakan bisa menyimpan pakan dalam jangka waktu lama.
Saat ini, lanjutnya, Widodo sudah bisa menjadi instruktur pelatihan dalam budidaya maupun pengolahan pakan fermentasi untuk peternak pemula. Farmnya juga menjadi lokasi benchmarking bagi peternak-peternak lainnya.
Dijelaskannya, setelah Widodo mengikuti program pelatihan pembuatan pakan fermentasi, terlihat perbedaan yang sangat signifikan dari sisi kesehatan dan pertumbuhan ternak. Demikian juga biaya operasional, pemakaian pakan dapat menghemat hingga 30% dari sebelumnya.
“Perubahan bisnis Pak Widodo yang sebelumnya belum mampu menata serta mengelola manajemen bisnisnya secara terukur dan baik, kini sudah sangat maju. Ini tidak lepas dari keaktifan beliau dalam mengikuti dan mengimplementasikan program kami. Apalagi saat ini, Pak Widodo sudah melibatkan anak beliau yang bernama Dean untuk mengelola bisnisnya, khususnya terkait pelaporan keuangan bisnis,” lanjut Hendra.
Ia mengatakan, saat ini Widodo sudah dapat dikategorikan sebagai salah satu peternak sukses dan besar di Kutim. Meskipun sudah berhasil, Widodo tetap mau berbagi keilmuan dalam bisnis peternakan dari A sd Z kepada masyarakat umum, buyer maupun para peternak kecil.
“Itu tidak hanya di Kutim, tapi sampai ke luar Kutim. Hebatnya lagi, beliau masih aktif terlibat dalam program-program pembinaan dari LPB meski beliau sudah menjadi UMKM Mandiri,” ucap Hendra.
Sebab itu, ia berpesan kepada para peternak dimanapun berada, khususnya di Kutim, bahwa bisnis peternakan sangat menjanjikan dan semua produk peternakan dari hulu hilirnya dibutuhkan masyarakat. Karena itu, jangan sampai terjebak di zona aman.
Hendra juga mengajak pelaku UMKM lain untuk bersama-sama membangun swasembada daging dengan cara terus berinovasi dan menerima keilmuan baru di dunia peternakan maupun dalam menata Kelola bisnisnya.
“Besar harapan kami selaku lembaga yang berkonsentrasi dalam pembinaan UMKM, khususnya di bisnis peternakan agar pemerintah dapat bersinergis dalam pembinaan UMKM. Sinergitas ini penting agar program peternakan dapat tepat sasaran serta mengenalkan teknologi tepat guna bagi para peternak sebagai tahapan pencapaian swasembada daging di Kutim,” harap Hendra.
KIPRAH LPB PABANET, PAMA DAN YDBA
Hendra menjelaskan bahwa LPB Pama Banua Etam merupakan lembaga yang dibentuk hasil kerja sama PT Pamapersada Nusantara Jobsite KPC (Kutai Timur) dengan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) sebagai pelaksana.
Pendirian LPB Pabanet sebagai bentuk nyata tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) PT PAMA terhadap pemberdayaan masyarakat (community development) sekitar operasional tambang yang mulai beroperasi Juni 2015.
LPB Pabanet sendiri diresmikan pada 4 September 2015 oleh Sekretaris Pengurus YDBA, Henry C Widjaja bersama Project Manager PT. Pamapersada Nusantara Dis KPC Kutai Timur, Aris Tandiarrang dan Dept. Head CSR PAMA JIEP, Maidi Irvan.
Hingga 2023 cakupan daerah binaan sudah mencapai 13 Desa/Kelurahan di tiga Kecamatan, yaitu Sangatta Utara, Sangatta Selatan, dan Bengalon. Adapun sektor pembinaan yang dilakukan LPB Pabanet terhadap UMKM, mencakup bidang peternakan, pertanian, perikanan dan home industri (kuliner dan kerajinan).
Untuk peternakan meliputi UMKM peternak sapi, kambing dan kelinci. Perikanan mencakup budidaya dan pembibitan ikan lele dan nila. Sektor pertanian meliputi bidang hortikultura, jagung, dan padi sawah, sedangkan home industri mencakup aneka olahan kue, aneka makanan kemasan (snack), minuman hingga kerajinan.
Adapun alasan mengapa LPB Pabanet melakukan pembinaan UMKM yang utama adalah untuk menjalankan pembinaan ekonomi di sekitar wilayah tambang.
“Awalnya hanya sebuah kewajiban, namun menjadi dorongan yang memotivasi kami untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Dari penyampaian UMKM yang sudah menjadi binaan kami mereka mengatakan bahwa banyak manfaat yang diterima dan meminta untuk selalu memberikan pembinaan kepada UMKM lain yang ada di wilayah binaan,” kata Hendra.
UMKM NAIK KELAS LEWAT PROGRAM 4P
Diketahui, Astra terus mendorong pertumbuhan dan kemandirian UMKM di Indonesia. Hal ini sejalan dengan kontribusi sosial Astra, khususnya pada pilar Astra Kreatif.
Astra memiliki 4 pilar kontribusi sosial, yaitu Astra Cerdas, Astra Sehat, Astra Hijau dan Astra Kreatif. Dalam pilar Astra Kreatif, Astra melakukan berbagai program pembinaan kepada UMKM melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). Tujuannya menjadikan UMKM naik kelas, mandiri dan berkelanjutan.
Dalam menjalankan pembinaan UMKM secara intensif, YDBA pun mendirikan Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) sebagai cabang YDBA di daerah.
Untuk menentukan suatu UMKM menjadi binaan LPB, dilakukan lewat sejumlah prosedur. Diawali dengan melakukan mapping wilayah dan menentukan sektor apa saja yang bisa dikembangkan. Selanjutnya melakukan mapping UMKM dan menyampaikan program LPB kepada UMKM setempat.
Sedangkan syarat yang harus dipenuhi UMKM agar bisa menjadi binaan LPB Sangatta, setidaknya ada tujuh poin. 1. UMKM memproduksi produknya sendiri bukan repacking atau pengepul; 2. Minimal usaha sudah berjalan satu tahun; 3. Bergerak dibidang Peternakan, Pertanian, Perikanan dan Home Industri (Kuliner dan Kerajinan).
Berikutnya, 4. Mengisi database UMKM; 5. Mengikuti kegiatan pelatihan atau program yang diadakan LPB; 6. Melaporkan perkembangan usaha terkait omset/aset kepada LPB; dan 7. Berada di wilayah binaan LPB setempat.
Setelah UMKM masuk dalam binaan LPB, setiap UMKM akan mendapatkan program 4P (Pelatihan, Pendampingan, Fasilitasi Pemasaran, dan Fasilitasi Pembiayaan).
Pelatihan dibagi menjadi dua, yakni manajemen dan teknis. Sedangkan pendampingan merupakan tindak lanjut program intensif dari pelatihan yang diterima oleh UMKM sebelumnya.
Sementara fasilitasi pemasaran adalah memberikan akses pasar dengan mempertemukan calon buyer kepada UMKM sesuai dengan bidang usaha masing-masing. Sementara fasilitasi pembiayaan sebagai cara membantu menjembatani UMKM untuk bertemu dengan lembaga pembiayaan maupun perbankkan.
“Sampai Agustus 2024, LPB PABANET sudah membina 190 UMKM di tiga kecamatan dengan bidang peternakan, pertanian, perikanan dan home industri (kuliner dan kerajinan),” pungkas Hendra. Abdullah Karim Siregar