Komisi III DPR Ungkap Kriteria Kapolri Ideal, Jokowi Diingatkan Jangan Salah Pilih

Jakarta, PUBLIKASI – Jabatan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi Idham Azis segera berakhir pada Januari 2021. Sejumlah nama jenderal mencuat menggantikan posisi orang nomor satu di Korps Bhayangkara itu, mulai dari bintang dua hingga bintang tiga.
Ada nama Wakapolri Komjen Pol Gatot Eddy Pramono, Kabareskrim Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo, Kabaintelkam Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel, Irwasum Polri Komjen Pol Agung Budi Maryoto, dan Kabaharkam Komjen Pol Agus Andrianto.
Ada juga nama Komjen Boy Rafli Amar yang saat ini menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Ada pula nama Komjen Pol Andap Budhi Revianto yang saat ini menjabat Irjen Kemenkumham dan Komjen Pol Antam Novambar yang sekarang menjabat Sekjen KKP.
Kemudian di deretan bintang dua muncul nama Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Nana Sujana, Kakorbrimob Polri Irjen Pol Anang Revandoko, Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Lutfi, dan Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Fadil Imran. Nama lainnya adalah Irjen Pol Ahmad Dofiri, mantan Kapolda Banten yang sekarang menjabat Asisten Logistik Kapolri.
Anggota Komisi III DPR Trimedya Panjaitan meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak salah memilih Kapolri pengganti Idham Azis.
“Presiden jangan sampai salah pilih Kapolri yang akan datang karena tantangan ke depan yang memang sangat berat,” ujar Trimedya dihubungi SINDOnews, Kamis (12/11/2020).
Politikus PDI Perjuangan ini mengatakan, ada sejumlah kriteria Kapolri yang harus menjadi perhatian Presiden. Pertama, Kapolri ke depan harus sosok yang kepentingan pribadinya sedikit.
Kalau dibilang tidak ada kepentingan pribadi enggak ada, kan enggak mungkin. Mudah-mudahan orang yang sudah hampir selesai dengan dirinya. Tidak ada beban anak, keluarga dari pihak dia, keluarga dari isterinya,” tuturnya.
Politikus berlatar belakang pengacara ini mengatakan, Kapolri ke depan harus sosok eksekutor dan memperhatikan angkatan. Sebab, menurut Trimedya, untuk membenahi institusi Polri, salah satu hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana regenerasi terjadi.
“Bagaimana mulai rekrutmen, promosi, mutasi itu terjadi. Jangan sampai seperti keluhan Pak Idham kemarin, numpuk di kolonel, jenderalnya juga defisit. Kapolri harus orang yang mau telaten membenahi dari mulai rekrutmen itu. Semua itu kan sangat tergantung dari mulai rekrutmen. Kalau rekrutmennya baik pasti hasilnya baik,” katanya.
Kriteria berikutnya, menurut Trimedya, yaitu bagaimana Polri ke depan bisa lebih mengedepankan fungsi pengayoman masyarakat, bukan fungsi penegakan hukum.
“Polisi ini sekarang kan heavy-nya penegakan hukum. Seharusnya yang lebih dikedepankan adalah memelihara ketertiban umum, memberikan rasa aman kepada masyarakat, baru penegakan hukum,” katanya.
Karena itu, kata Trimedya, Kapolri yang akan datang harus bisa membenahi Bhabinkamtibmas sehingga bisa melakukan deteksi dini, termasuk mendeteksi potensi teroris, kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, penyimpangan-penyimpangan dalam berbagai proyek pembangunan, dan lainnya.
“Sekarang ini kita Bhabinkamtibmas itu menurut saya agak lemah karena tidak banyak perhatian. Misalnya yang harus diperhatikan Bhabinkamtibmas itu adalah alat komunikasi, kendaraan, honor, dan lainnya. Kalau itu diperhatikan berkolaborasi dengan Babinsa maka kuat deteksi dininya dan ada rasa aman. Nah kesana harus punya pikiran,” urainya.
Trimedya menilai, soal Promoter (profesional, modern, dan terpercaya) yang menjadi program kerja Polri, sejauh ini sudah cukup bagus. Terbukti, komplain terhadap Polri belakangan sudah semakin berkurang.
“Itu harus kita apresiasi. Tapi Bhabinkamtibmas itu yang harus diperhatikan, termasuk anggarannya,” tuturnya.
Trimedya menilai, sosok Kapolri saat ini, Idham Azis sebenarnya sudah cukup bagus karena dinilai sudah hampir selesai dengan dirinya sehingga tidak memiliki beban. Namun, dari sisi gebrakan, Idham Azis dinilai kurang menonjol.
“Ya mungkin karena dia hanya menjabat 1 tahun dua bulan saja dan termakan corona. Sebetulnya saya ingin melihat gebrakan-gebrakannya, tapi kan beliau ini Maret sudah corona. Tapi dalam proses promosi, mutasi, demosi, Pak Idham ini relatif clear dan relatif tidak membangun geng, tidak membangun kelompok, nah itu yang bagus, cuma gebrakannya kurang,” kata dia.
Menurutnya, sosok Kapolri ke depan bagaimana bisa mengkombinasikan apa yang dilakukan Idham Azis dan Tito Karnavian. “Dua-duanya ada plus minusnya. Nah, Kapolri ke depan harus mengkombinasikan di antara mereka berdua, itu baru paten. Catatannya Pak Tito itu gebrakannya bagus dan berani makanya gua bilang dari Mas Idham kurang gebrakan, tapi Mas Tito terlalu mengedepankan angkatannya, 87,” uvapnya. (Red)

 

Leave a Comment!