Bandung, PUBLIKASI – Boolao, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) binaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) ini bergerak dibidang fashion, berupa koleksi kriya tekstil dan ready to wear. Koleksi kriya tekstil Boolao, menggabungkan beragam teknik pengolahan wastra Nusantara, mulai dari sasirangan, jumputan hingga batik dalam berbagai jenis bahan, seperti tenun katun hingga sutra.
Produk turunan atau lanjutannya berupa ready to wear dan beragam aksesoris pendukung, dibuat dengan menggunakan sisa sisa hasil produksi koleksi sebelumnya. Koleksi lanjutan ini tentu tetap dikerjakan dengan kombinasi sempurna hingga bisa dipadankan dalam berbagai gaya.
Tidak kalah pentingnya adalah menciptakan ekosistem, mulai dari alur produksi sampai desain. Setiap pemilihan bahan, desain, teknik hingga pembuata koleksi dipikirkan secara seksama, agar tidak ada yang terbuang. Cara ini disebut sebagai konsep berkelanjutan proses produksi.
Hasilnya, koleksi Boolao telah sukses ditampilkan pada ajang terkemuka New York Fashion Week. Termasuk di sejumlah store terkemuka, seperti Sarinah, Indonesia hingga Honolulu Museum Of Art atau HoMA (Amerika Serikat).
Lahirnya brand Boolao bermula dari kecintaan Asep Rohman, Founder, Owner sekaligus Creative Director Boolao, terhadap beragam kerajinan, khususnya wastra Nusantara. Eksplorasi kemudian menjadi hal awal yang dilakukan hingga membuat Boolao tumbuh.
Boolao tak sekedar mencari keuntungan sejak didirikan, tetapi menjadi wadah berkreasi, baik bagi pendiri maupun warga sekitar Kampung Sayang, Desa Rancatungku, Pameungpeuk, Bandung, Jawa Barat–lokasi Boolao Studio berada. Bersama para perajin dari Bandung, Boolao mendesain, menganyam, dan mewarnai koleksi buatan tangan menjadi karya seni.
“Boolao memulai eksplorasi dari tahun 2015. Selama tiga tahun kami mempelajari bagaimana keunikan ragam wastra Indonesia, hingga akhirnya launching produk pertama di tahun 2018. Bersama kelompok komunitas wanita Kampung Sayang, Boolao menciptakan karya yang terinspirasi dari beragam motif filosofis Indonesia,” kata Asep kepada Abdullah Karim S dari koranpublikasi.com.
Sesuai taglinenya, “Acculturation Between Tradition”, koleksi busana Boolao adalah kombinasi dari beragam jenis warna biru yang diinspirasi oleh budaya Indonesia. Ini sekaligus upaya Bollai untuk menghidupkan kembali aneka ragam corak, teknik, dan motif tradisional Indonesia.
“Setiap koleksi dikombinasikan dengan pewarnaan alami indigo yang menghasilkan warna biru, menggabungkan beragam teknik khas pengolahan wastra Nusantara. Dengan tema ini, Boolao ingin mengangkat kembali motif motif yang sudah hampir punah dan me-redesignnya sesuai dengan trend forecasting,” terangnya.
Ciri khas tema produk itu sesuai dengan brad “BOOLAO“. Boolao dalam bahasa Sunda, memiliki arti warna biru. Biru sendiri bermakna baik, sesuatu yang luas atau terbuka, imajinatif dan inspiratif, yang biasa dikaitkan dengan laut atau langit.
“Kami memilih tema tersebut karena Indonesia sendiri merupakan inspirasi berdirinya Boolao. Kami merasa penting untuk mengangkat budaya lokal, mendesainnya kembali menjadi sesuatu yang kontemporer, acculturation between tradition,” jelas pria kelahiran Desember 1996 ini.
Dalam proses produksi, lanjut lulusan Fashion Course at Islamic fashion Institute (IFI) Bandung ini, tim Boolao selalu ingin memanfaatkan setiap hal kecil yang akan berdampak besar.
Asep percaya, untuk melakukan hal besar dilakukan dengan bekerja sama dan berkolaborasi dengan memberdayakan komunitas perempuan di Kampung Sayang. Ini sekaligus sebagai cara menciptakan lapangan kerja baru bagi warga setempat yang sebelumnya diberikan pelatihan. Selain itu, Boolao juga bekerjasama dengan antar brand, termasuk pabrik untuk setiap koleksinya.
Tidak kalah pentingnya adalah membuat ekosistem, mulai dari alur produksi sampai desain. Setiap pemilihan bahan, desain, teknik hingga setiap koleksi dipikirkan secara seksama, agar tidak ada yang terbuang. Contohnya, mendayagunakan kembali sisa hasil produksi untuk koleksi lanjutan, bahkan bekerja sama dengan salah satu pabrik untuk menghancurkan sisa kain, dipintal ulang menjadi benang, agar benang dapat digunakan Kembali menjadi bahan baku tenun (zero waste).
Hal unik juga dilakukan Boolao dalam hal pemasaran. Salah satunyya menceritakan dan menyampaikan apa yang dilakukan Boolao tersebut melalui sejumlah platform media sosial. Ketika masyarakat mengerti apa yang dibuat Boolao, maka akan tercipta rasa menghargai pada suatu produk, hingga goals’nya adalah rasa ingin memiliki.
Selain itu Boolao juga melakukan pemasaran secara offline maupun online, baik di dalam maupun luar negeri. Pasar dalam negeri mencangkup hampir semua kota besar di Indonesia, khususnya Jakarta, Bandung, Surabaya dan kota lainnya. Sementara pasar luar negeri, Boolao telah mengadakan sejumlah pameran untuk menarik buyer, seperti di Amerika, Jepang, Turkiye, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Produk atau koleksi yang dibuat disesuaikan dengan target pasar. Setidaknya ada dua kalangan yang menjadi sasaran. Pertama, menyasar Generasi atau Gen Z dan Milenial dengan harga yang affordable (terjangkau). Pasar kedua adalah kalangan usia 35 hingga 60 tahun dengan produk premium one of a kind dengan teknik khas.
Perubahan menuju yang jauh lebih baik itu dialami Boolaosetelah menjadi binaan BRI sejak 2021. Pasalnya, Boolaomendapat beragam pendampingan. Mulai dari pelatihan ekspor, financial, promosi hingga diikutsertakan dalam sejumlah pameran. Termasuk permodalan untuk peningkatan kapasitas dan kualitas produksi.
Sebelumnya, kata dia, Boolao hanya mengandalkan sosial media. Dengan menjadi binaan BRI, usahanya semakin maju hingga akhirnya memiliki showroom, Melalui beragam pelatihan yang diberikan, demand terus meningkat, kapasitas produksi meningkat yang dapat melibatkan lebih banyak orang, lebih banyak ide, dan tentunya membuka kesempatan baik masyarakat sekitar ataupun lebih luas.
“Perkenal kami dengan BRI berawal sejak 2021. Saat itu, kami memilih BRI untuk beragam jenis transaksi dengan customer Boolao, salah satunya QRIS BRI,” terangnya.
Di sisi lain, Asep berkomitmen bahwa keberadaan Boolaotidak hanya menjadi sebuah bisnis yang menjual produk, fokus terhadap nilai penghasilan, namun lebih dari itu Boolaoingin menjadi wadah berkreasi bagi setiap orang yang terlibat.
“Hingga saat ini dengan pelatihan yang kami berikan, ada banyak orang yang bisa kami berdayakan, lebih banyak orang yang teredukasi dengan beragam konten yang menarik,” jelas Asep.
Kedepan, Asep menargetkan ingin memiliki workshop khusus untuk pelatihan, guna mengedukasi lebih banyak orang, baik secara offline maupun online. Karena ia percaya dengan edukasi akan tercipta lebih banyak peluang dan kesempatan.
Alasannya, Boolao selalu ingin dapat ikut berkontribusi dalam program pemerintah, tentunya untuk memajukan masyarakat sekitar, khususnya pengrajin di Indonesia. Bekerja sama dengan berbagai kalangan. Saat ini, Boolao berupaya membuat beragam konten menarik untuk mengajak masyarakat menyerukan satu campaign “meningkatkan curiosity (rasa ingin tahu” terhadap kain nusantara, menjadi berkain adalah hal yang biasa. Abdullah Karim Siregar