Bandung, PUBLIKASI – “Merujuk pada berbagai pengalaman dalam mengekplorasi keindahan alam di desa – desa, ternyata desa juga menyimpan banyak rahasia obat – obatan tradisional yang bisa mendukung kesehatan. Apalagi Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati terbesar nomor tiga di dunia, termasuk tanaman obatnya. Dengan demikian ada potensi yang sangat besar yang dimiliki Indonesia dalam pengembangan obat tradisional, meskipun tentu tidak mudah karena protokol uji klinik obat tradisional di Indonesia disamakan dengan standar uji klinik untuk obat konvensional dunia sehingga membuat prosedurnya juga menjadi lama. Disamping itu juga terkait dengan riset yang cukup lama selama minimal enam tahun dan tentu juga akan berimplikasi pada kebutuhan biaya yang cukup besar. Namun demikian semangat untuk menemukan obat – obat tradisional yang murah dan terjangkau oleh masyarakat menjadi sangat penting agar tercapai pemerataan kesehatan buat seluruh masyarakat Indonesia “, ujar Ketua Umum Dede Farhan Aulawi di Bandung, Kamis (4/2).
Salah satu jenis obat tradisional yang sering digunakan oleh masyarakat adalah kunyit putih (Curcuma zedoaria). Salah satu khasiat dari kunyit putih yang dipercaya oleh masyarakat adalah mampu mengatasi masalah sistem pernapasan. Salah satu bentuk gangguan pernafasan yang sering dialami oleh banyak orang adalah produksi dahak dan lendir dalam paru-paru. Akibatnya saluran pernapasan terasa terganggu. Jika tidak segera diobati, kondisi tersebut bisa saja mengakibatkan masalah kesehatan yang lebih serius.
Selanjutnya Dede juga mengatakan bahwa khasiat kunyit putih yang dipercaya oleh masyarakat adalah mampu mencegah produksi dahak atau lendir yang terlalu banyak. Dengan mengonsumsi bahan alami ini dalam batas yang wajar menurut pendapat masyarakat mampu menghindari masalah pada sistem pernapasan. Apalagi jika diminum dalam kondisi hangat maka saluran pernapasan biasanya terasa lega.
Kunyit putih ini rasanya cukup pahit dan memiliki bau yang khas. Ia juga banyak digunakan sebagai obat tradisional di China ataupun Jepang karena merupakan tanaman herbal yang mengandung senyawa kimia bernama kurkuminoid dan flavonoid. Juga mengandung minyak atsiri, astringensia, sulfur, dan sedikit lemak. Kandungan lain yang memiliki potensi untuk kesehatan manusia adalah alkaloid, phenol, saponin, glikosida, steroid, dan terpenoid. Merujuk pada kandungan yang dimilikinya, maka khasiat kunyit putih ini sebenarnya cukup banyak.
Berkaitan dengan sifat diuretik, maka kunyit putih bisa memperlancar pembentukan urine sehingga tubuh akan mengeluarkan racun lewat buang air kecil. Termasuk kandungan kurkuminoid, flavonoid, bisdemothxycurcumin, demothxycurcumin, dan ethyl pmethoxycinnamate yang dikandungnya, maka kunyit putih dipercaya sebagai zat anti kanker. Hal ini juga disampaikan dalam suatu penelitian mengungkap kandungan-kandungan tersebut dapat mencegah beberapa jenis kanker, seperti kanker ovarium dan kanker usus besar. Penelitian lain mengungkap bahwa pemberian ekstrak sederhana kunyit putih dapat menurunkan keganasan pertumbuhan sel tumor. Namun klaim tersebut baru sebatas uji pada tikus laboratorium sehingga efektivitas penggunaannya pada manusia masih perlu pengkajian lebih dalam.
Kunyit putih juga diyakini dapat mengatasi alergi karena mampu menghambat pelepasan beta-hexosaminidase yang mengakibatkan munculnya gejala ini. Disamping itu juga dipercaya bisa menjadi penawar racun ular atau hewan berbisa lain, karena kandungan dalam kunyit putih dapat merusak neurotoksin dan enzim pada racun ular yang bisa melumpuhkan tubuh bila tidak segera diatasi.
“ Namun demikian, satu hal yang harus diperhatikan adalah terkait dengan penggunaannya agar dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. Hal ini harus diperhatikan karena belum banyak penelitian yang mengungkap efek samping Kunyit putih terutama bila dikonsumsi secara rutin atau berlebihan. Dengan demikian, Prawita GENPPARI mendukung pengembangan riset tanaman obat tradisional Indonesia agar dihasilkan obat – obatan dengan harga yang terjangkau demi kesehatan seluruh masyarakat Indonesia “, pungkas Dede. **